Jumat, 03 Juli 2020

TALI KUTANG HITAM (1-3)


TALI KUTANG HITAM (1) 

ada tali kutang hitam pada punggung putih
saat angin semilir datang melenggang menarikan tirai jendela
dan ketika ada usapan lembut aku berbisik lirih
biarkan aku menjadi adam dan kau menjadi hawa

ini adalah malam yang aku menyematkan rasa pada bibir
ini adalah malam yang aku teriakkan ke langit agar jangan berakhir
ini adalah malam pertemuan adam dan hawa di padang pasir
ini adalah malam yang semuanya luruh dalam takbir dan dzikir

sembunyikah cinta pada pandangan ketika menatap
sembunyikah cinta pada kaki gembala ketika menaklukkan kuda liar
sembunyikah cinta pada kawah ketika memuntahkan lahar

ini adalah semesta terang dan semesta gelap
direcah dikunyah dimamah dalam mabuk yang sadar
hidup bukan sekedar

201610272024 Kotabaru Karawang


TALI KUTANG HITAM (2)  

dalam bait aku menulis lagi kish tentang tali kutang hitam
menyelinap lewat mata merasuk kalbu pada malam jahanam
malam dengan rintik hujan malam dengan bulan
malam dengan nafas rindu yang mencuat dalam kesunyian

tali kutang hitam dalam temaram pantulan cahaya dinding
memacu laut berdebur memaksa gelombang beriak tanpa angin
jeritan hantu dan setan jejadian melengking nyaring
bersorak gemuruh bersama desir darah meloncati batas ingin

petir singgah sebentar membaca batas-batas rahasia
ke dalam perut dituang jutaan jenis bisa mematikan
naga memuntahkan api membakar habis hutan di kaki bukit

setelah senja datang dan tarian usai lagu-lagu dinyanyikan segera
do’a suci mantra sakti dari bibir bersepah dibacakan
dan dengan bayangan tali kutang hitam kuhabiskan waktu menatap langit

201611012242 Kotabaru Karawang




KISAH TALI KUTANG HITAM DAN PUNGGUNG PUTIH

Putih kulit hitam tali kutang kini hilang sudah
Yang tersisa hanya bayangan tampak samar-samar
Cintanya ditelan gelap rindunya menjadi bulan sebelah
Namun tubuh renta tetap tegak sadar enggan terkapar

Rindu boleh mati tapi cinta tak akan kehilangan nafas
Abadi memeluk abadi dipeluk abadi dalam dekap tak lepas
Jika kulit dan isi habis cinta kembali dalam biji bernas

Hitam tali kutang pada putih punggung lenyap
Riuh rendah kisahnya musnah ditelan senyap
Tiada yang bisa dipandang bila telah ditelan gelap

Cintanya teruji tidak hangus dalam kobaran api
Rindunya teruji tidak meleleh disengat panas
Tetap terlihat pada kuning bulan dan putih matahari
Berenang dan mabuk air kata-kata mencari rasa puas

202005032241_Kotabaru_Karawang

BUIH PADA GELOMBANG (1 - 6)



BUIH PADA GELOMBANG (1) 

Buih adalah buih
Dan gelombang adalah gelombang
Dua-duanya menjadi kisah laut

Sedih adalah sedih
Dan senang adalah senang
Dua-duanya adalah dua yang bertaut

Menarilah buih cantik
Jangan berbalik
Menarilah gelombang senja
Melukis pada kanvas jiwa dengan kuas cinta

Meski lukisannya hanya akan menjadi bunga
Dan bunganya hanya menjadi kenangan saja

Jangan pernah bosan membaca kisahnya
Dan biarlah rahasia tetap menjadi rahasia

201707140105 Kotabaru Karawang


BUIH PADA GELOMBANG (2)

Dititipkannya sunyi kepada buih
Yang lekat tanpa perekat pada gelombang
Menari semua buih sunyi dalam lagu sedih
Dan gelombang tetap mengalun tenang

Ini kali kesekian layar terkembang
Kemudi kekar kompas jelas tujuan menantang
Bintang utara bintang selatan terang

Daratan dari pandangan hilang
Selain lautan tak ada yang dipandang
Tak ada ragu tak ada bimbang

Gelombang dan buih mencium pantai kembali
Membawa rindu nakhoda dan cinta kelasi
Kuas kembali memulas
Akankah berbekas

201801072159 Kotabaru Karawang


BUIH PADA GELOMBANG (3)

Angin lembut di pelabuhan sauh dibongkar layar terkembang

Nakhoda dan kelasi tersenyum penuh arti kini saling pandang
Telah tiba saatnya mata menatap laut lepas yang menantang
Dermaga sunyi tempat menanti segera ditinggal di belakang

Perjalanan yang akan dan harus dibaca sudah lama direntang
Meski bukan satu buih akan tetap menari bersama gelombang
Buih genit gelombang pemalu sama pecah di pantai garang

Biduk dan pari di langit hitam bicara tentang arah yang jelas
Mercu suar mengirim pesan cahaya tentang dangkal yang ganas
Jangan mendekat dan jangan terpukau jangan atau kapal kandas

Tangan nakhoda kekar mengunci kemudi telahjelas arah kompas
Kesanalah nakhoda dan kelasi menuju dengan harap-harap cemas
Dermaga sunyi telah jauh ditinggal kapal jangan lagi terhempas
Kenangan manis dan pahitnya torehkan semua pada lembaran kertas

201802162253 Kotabaru Karawang



BUIH PADA GELOMBANG (4)

aku memeluk sunyi yang kulihat pada gemericik buih mencium pasir
dan pada helai daun cemara jarum kering yang melayang jatuh
aku bisikkan pertanyaan padamu kapan sunyi ini akan berakhir
dan kau bisikkan jawaban padaku nanti setelah tiada lagi dekat dan jauh


aku memeluk sunyi yang kulihat pada alun lembut mengayun sampan
dan pada caping usang yang setia menutup wajah lapar tangan menengadah
aku bisikkan pertanyaan padamu rindu atau cintakah yang jadi rajutan kenangan
dan kau bisikkan jawaban padaku nanti setelah tiada lagi resah dan gelisah


aku memeluk sunyi yang kulihat pada pokok rumbia terendam air payau kuala
dan pasir halus yang menempel pada betis gadis kecil bersila tanpa alas

aku bisikkan pertanyaan cinta atau rindukah yang menyalakan api cemburu dalam dada
dan kau bisikkan jawaban padaku mengapa pertanyaan muncul seperti tak punya batas


ketika aku diam sunyiku tambah mencekik
ketika aku bertanya sunyiku tambah mencabik
aku cinta tapi mengapa dada jadi terusik
aku rindu bayangan sendiri pada cermin yang terbalik

201903201238_Kotabaru_Karawang



BUIH PADA GELOMBANG (5)

Gadis buih pecah merintih di hamparan pasir
Hilang tarian hilang nyanyian
Gadis buih menangis menyesal melepas pikir
Membawa banyak rasa yang menyimpan penyesalan


Gelombang melukis biru hitam bayangan langit
Lukisannya pada kanvas adalah buah-buah pahit
Buih pada gelombang merenda bait-bait sakit


Ini jalan telah jadi tak bisa mundur
Rasa tanpa pikir berjalan tak bisa diukur
Berdirilah dengan tegar atau menunduk hancur


Gadis buih menimang meraba perut
Seribu harapan berubah menjadi seribu takut
Gelombang kembali membelai menimang alun
Menghempas keras mengalun lembut mengayun

201908081213_Kotabaru_Karawang



BUIH PADA GELOMBANG (6)

Aku selalu ingin bercerita padamu semua tentang laut
Tentang gelombang tentang alun dan tentang buih
Tentang angin lembut dan badai yang mendatangkan takut
Tentang bongkar sauh layar terkembang yang menorehkan sedih

Ada ujung dan ada tanjung ada teluk dan ada pantai
Di ujung aku tenggelam bimbang di tanjung aku termenung
Dan hanya jika tiba di dermaga meski sunyi aku merasa lega

Jika sampai dermaga aku terpana oleh pucuk cemara melambai
Kokoh kuat tegak tegar meski diterjang ombak menggulung
Tinggal kenangan di dermaga engkau menunggu dengan cinta

Di bebatuan pantai di gemericik buih aku duduk sendiri
Kisah lautku untukmu kembali ke lubuk hati yang sunyi
Engkau berlayar meninggalkan aku dalam pelukan nakhoda
Dan aku menyimpan sedih duka dan kecewa dalam sesak dada

202007030849 Kotabaru Karawang






























































































AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...