Minggu, 19 Juli 2020


KEMBALI DARI TAK PERNAH PERGI  

entah berapa kali aku telah merebahkan kepala di dadamu
ternyata kita telah lama saling mendekap
jecup lembut bersana nafas hangat menusuk merasuk kalbu
jadilah terang semua relung-relung yang gelap

katika aku menengadah memandang wajahmu
baru aku sadar bahwa kita telah lama saling menatap
ketika kau berbisik lembut ke mana saja kau kekasihku
aku terpana bibir terkunci tak bisa berucap

oh beningnya matamu yang kulihat pada tetes embun
oh indahnya ayatmu pada daun-daun rimbun
oh indahnya bacaan pada gelombang dan alun
terobati sudah rinduku bertahun-tahun

ini aku kekasih padamu aku kembali
meski sebenarnya aku tak pernah pergi
biarkan aku melahap syahdunya cinta
menikmatimu dari senja hingga kembali senja

201405270539 Kotabaru Karawang


ISI KULIT  

dunia enam masa sama sekali tidak dibekali pelit
isiberlimpah ruah nyaman kau malah makan sulit
bukan melarat bukan miskin bukan kurang duit
tapi karena ruang kerja otak berpikir terlalu sempit
kau lepas nikmatnya isi kau makan kulit
jalan lurus datar kau jadikan berkelok berbelit-belit
sekarang terasa mudah yakin saat kau akan merasa sulit
sebab musabab turun kau korek-korek kau ungkit
kau kira dengan demikian kau akan bangkit
tidak kau akan terhempas terdesak terhimpit

jangan bicara tentang kebenaran ayat dan ayat-ayat
jika pikiranmu hanya berputar dari apa yang tersurat
tenggelamlah dalam-dalam pahami apa yang tersirat
isi adalah utama dan sebenarnya kulitpun bermanfaat

201511032117 Kotabaru Karawang


JENGGOT EWER-EWER

Tahun kesekian hilang dari perempatan
Berpikir harus ditinggalkan

Berjalan menuju arah matahari
Jenggot kumis ewer-ewer
Rambut panjang gimbal kotor sekali
Gundal gandul keleper

Jalan kekasih
Mencari kekasih
Untuk kekasih

Si Ngaco terus menuju timur
Semakin tenggelam dibalut umur
Kaki lemas kulit kering mata lamur
Panas memuncak berkubang di lumpur
Mencari kekasih menjelajah jalur

201906211340_Kotabaru_Karawang


HUJAN SEPANJANG MALAM

Ada berita apa dalam hujan yang turun sepanjang malam
Apakah ini iba tentang kapal yang akan berlayar
Atau ini kisah rindu dari kapal-kapal yang karam
Terpaku di dermaga kelam karena tidak bisa lego jangkar

Hujan sepanjang malam membawa berita seribu rindu
Titiknya jatuh pada keindahan berjuta cinta
Hujan sepanjang malam dibaca dan membaca kisah

Hujan sepanjang malam datag menghapus abu-abu
Jatuh di tanah jatuh di genting jatuh di mata
Bening airnya sejuk dan damai menghapus gelisah

Sangat nyata ini tentang kapal yang akan berlayar
Nakhoda kompas kemudi dan layar sudah siap
Ini bukan cerita kapal yang tidak bisa lego jangkar
Ini kepergian menuju cahaya meninggalkan semua gelap

202003151303_Kotabaru_Karawang


GOYANG ZAMAN

berjuta-juta mata mendadak lamur
berjuta-juta mata mendadak buta
buta-buta merajalela mencari masyhur
berbondong-bondong satria malihwarna

berjuta-juta jiwa tenggelam dalam mimpi
tidak mendung air tempayan tunda di dulang
bangga membakar keranjang hutan bambu disulut

mayat direndam airnya dipercikkan ke bumi
jaelangkung diundang tak diantar pulang
arak basi ditenggak busuk keluar dari mulut

awan hitam menyembunyikan guntur
kahin dukun tukang tenung pesta gelap
yang gila maju yang waras mundur
yang menang gagah yang kalah kalap

201904161103_Kotabaru_Karawang


ESOK DALAM LAHAD  

Dipeluk malam dalam selimut takut
Jendela menyeringai
Di baliknya jauh awan hitam
Ada bukan

Akankah tuhan mengizinkan aku
Menyepuh Loyang menjdi emas
Adakah yang ini akan membuka pintu
Lalu kakiku bisa melangkah
Lalu tanganku membuat lingkaran

Dipeluk waktu dipeluk ruang
Nurnya dalam dimensi diri
Esok dalam lahad
Tak pengap

199600000000 Kotabaru Karawang


DOMBA-DOMBA YANG RINDU  

Mengembiklah siang dan malam bertasbih
Memuji gusti memuja yang maha
Biarlah langit menuntun meninggalkan kelam
Kita sama menuju cahaya

Jangan menghitung-hitung berapa rindu
Jangan bertanya-tanya mengapa cinta
Akan kau temukan jawabannya di jalan lurus

Lipat lidah ke langit agar menjadi bisu
Dalam bisu tutup hidung telinga dan mata
Semua noda semua dosa bakar hangus

Mengembiklah bersama rasakan lelah dan letih
Bersama kokok bersama eong bersama lenguh
Sama bertahmid bertahlil bertakbir bertasbih
Sama menengadah sama berdoa tanpa mengeluh

201806061212 Kotabaru Karawang


COMBERAN DAN SUNYI  

aku membaca sunyi yang tampak pada air comberan
yang mengalir hitam pekat menghilir perlahan
riak kecilnya berminyak mengkilap di selokan
lembut menghanyutkan berkas-berkas kenangan

semilir angin pagi menemani menghela nafas
hangat mentari menghantar semua keluhan lepas
mengepak sayap membubung tinggi terbang bebas

di riak lembut comberan aku masih membaca sunyi
bersama semilir angin dan hangat mentari
masih ada nafas sebelum mati menjemput pasti

masih ada waktu untukku menatap tunas-tunas
yang akan tumbuh terus berbunga berbuah bernas
masih ada waktu untukku memandang kanvas
sebelum tubuh terbaring dibalut kapas

201801021024 Kotabaru Karawang


BUKAN KARENA

bukan karena jingga di langit barat
rinduku runduk di timur

201311010808_Kotabaru_Karawang


JANGAN MERASA SENDIRI  

Api panas tak berasap telah terasa membakar
padang asing yang tak bersemak tak berbelukar
telah hangus atas rumbia rumah tua di batas senja
api tak berasap manja kepada malam agar tidak putus asa

jangan resah jangan gelisah meski tak berasap apimu panas
tak hanya atap tiang dinding pintu jendela terlahap panas
mata air kering lahan subur jadi gurun masih tak puas

di lahan bekas rumah yang hangus aku membangun gubuk baru
alasnya masih buni yang ini dan atapny masihtetap langit biru
jalannya kusiangi kupasang patok agar kau tak keliru

meski nanti aku tiada kau tidak boleh merasa sunyi
pertunjukan tetap berjalan tidak dibatasi oleh mati
saat malam terasa sangat panjang untuk sampai ke pagi
engkau tidak sendiri jika kau simpanaku di sudut hati

201803131110 Kotabaru Karawang


INJAK INI SAJA  

Temukan dan raba lembutnya daun tin
Temukan dank au sentuh halusnya kulit zaytun
Menjelajah menginjak tanah kering basah
Rendah suara jika sudah

Seratus baris tidak berarti seribu prosa tidak guna
Sejuta buku tidak bermakna semiliar esai bahan tertawa

Terus mendaki sampai batas tertinggi
Terus mendaki sampai ke puncak
Di atas langit ada langit lagi
Cukup kepala ini saja yang diinjak-injak


201804220011 Kotabaru Karawang


GEMURUH KILAT TANAH

Aku menari dalam sunyi denging langit yang bergemuruh
Aku bernyanyi dalam gelap semesta yang terang berkilat
Aku bersukaria dalam kering basah tanah dengan lidah dibasuh
Demikianlah rangkuman alif ya digubah indah menjadi ayat-ayat

Tidak lepas dari pendengaran tentang cerita daun yang gugur
Tidak lepas dari pandangan tentang cerita biji yang jatuh
Tidak lepas dari rasa tentang cerita tanah yang kering dan basah
           

Mahabenar segala firman aku bersaksi hanya Engkau Yang Mahaluhur
Mahabenar segala firman aku bersaksi hanya Engkau Yang Mahautuh
Mahabenar segala firman aku bersaksi hanya Engkau Yang Mahaindah

Dalam denging dan gemuruh sunyi aku menari
Dalam gelap semesta yang terang aku menyanyi
Dalam sukaria di tanah basah kering aku mengukur diri
Dengan menari sambil bernyanyi bersukaria menanti

201810271814_Kotabaru_Karawang


ENTAHLAH

 

aku menumbuhkan harapan

ujung jemariku kapalan

bukan lagi karena dawai biola yang kutekan

di atas tanah yang kubalikkan

tapi karena garpu tanah yang kutancapkan

dengan do'a kutunggu datangnya hujan

 

201509121229_Kotabaru _Karawang



DHUAR MODAR

tampaknya semua akan gampang
jika engkau datang
dengan senjata laras panjang

ketika semua orang berdiri di pinggir jurang
di kening mereka kau ledakkan peluru garang

dhuar

nyawa-nyawa hilang tubuh jatuh melayang
hilang ditelan ruang
tanpa teriak tanpa sipongang

ah, kau malah sembunyi datang
pada siang yang sibuk dan siang yang lengang
pada malam sepi yang terasa panjang
kau cari kau cekik inang
tubuh meregang
nyawa hilang

lalu dalam percikan ludah dan percikan dahak
kau terbang hingga terbang hinggap
mayat tergeletak
kau buat terang jadi gelap

tampaknya semua akan gampang
jika engkau datang
dengan senjata laras panjang

ketika semua orang berdiri di pinggir jurang
di kening mereka kau ledakkan peluru garang

dhuar

modar


202003271103_Kotabaru_Karawang


CINTA, RINDU, DAN CEMBURU

dimana rindu ketika helai daun tin mulai layu
dimana cinta ketika zaytun menyentuh persada
dimana cemburu ketika indah thursina tak lagi syahdu
dimana semua itu ketika senja datang menyapa

tin zaytun thursina di negara yang aman damai sentosa
tempat mereka yang nyata ikhlas berbuat baik dan percaya
tempat mereka menerima balasan kebaikan dari penguasa semesta

untuk cinta semesta maka tercipta manusia sebagai makhluk
indah menawan berbudi luhur dan dalam sebaik-baiknya bentuk
namun manusia bisa terlempar ke jurang nista dan terkutuk

seberapa letih kau telah memelihara agar tin tak layu
seberapa siap cari penopang ketika zaytun gugur kau tidak malu
seberapa tebal keyakinanmu atas thursina hilang tidak ragu
jangan pernah bosan mengaduk ramuan cinta, rindu dan cemburu

201803031232 Kotabaru Karawang


BUKAN HANYA SEKEDAR KATA  

seketi bait syair tak akan bica menahan banjir
selaksa madah prosa tak akan bisa menahan gempa
sejuta baris puisi tak akan menahan lahar mengalir
kalau begitu di mana kita letakkan sang bijaksana

tiap detik puisi lahir lihatlah bagai meteor
memenuhi langit sastra dalam bentuk berbagai wajah
bagaimana bisa dari keindahannya malah lahir penyakit

untuk apa bermadah jika madah malah menjadi teror
untuk apa berpuisi jika puisi tak lagi terasa ramah
sastra jadi kelabu penyair terpuruk tak bisa bangkit

ini dunia syair yang tak bisa menahan banjir
ini dunia prosa yang tak bisa menahan gempa
ini dunia puisi yang tak bisa menahan lahar mengalir
di sini kita belajar memilih kata yang bijaksana

201803131036 Kotabaru Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...