Kamis, 16 Juli 2020


DI KOLONG JEMBATAN LAYANG  

siang sudah hilang sudah tidak ada bayang-bayang
kanak-kanak sudah jalang di kolong jembatan layang
duduk dipeluk tangan gerayang
senyum dikulum hanyut dalam bisik sayang

sama mendesah dalam pelukan rebah
yang satu keluarkan yang satu terima rupiah
upah lelah

ini satu gambar kolong jembatan layang
di sini ketika siang sudah hilang
ketika sudah hilang bayang-bayang
dada kenyal kanak-kanak jalang
dalam gerayang garang ini bukan malang
ini ganti harapan yang hilang
jangan bilang ada esok terang

rupiahku untuk preman rupiahku untuk makanan
rupiahku untuk minuman rupiahku untuk setia kawan
yang belum dapat lawan

malam makin larut
kisah masih berlanjut

201206302210 Kotabaru Karawang


HIDUP YANG MATI

Aku memanggil kekasih yang telah lelap terbaring dalam tidur panjang
Dengan bibir bodoh mengucap mantera, kalimat puja, lagu sendu, dan air mata
Aku berharap kekasih menggeliat, berjalan, dengan cinta dia datang
Untukku dibawakannya hidangan dan berkereta-kereta kunci istana

Kekasih yang hidup telah aku matikan kini kupanggil setiap hari
Kupuja kekasih dalam untaian sajak, kupuji dalam bait-bait puisi
Kupandang dan kudengar mesra, kupeluk utuh kudekap dalam gelap arti

Ini aku disini berkecimpung dalam bingung laut yang ada tanpa garam
Ini aku disini berenang dalam bimbang purnama yang ada tanpa malam
Ini aku disini berjalan dalam siang terangkah atau malam yang kelam

Aku mengerat lidah dan karenanya aku tak tahu  pahit dan manis
Kucungkil biji mata dan karenanya aku tak tahu kerikil dan intan
Aku memasung hati dan karenanya aku tak tahu tawa dan tangis
Kubunuh diri dan karenanya aku tak tahu mana harapan dan kenyataan

201812210746_Kotabaru_Karawang


JALAN SETAPAK MEREKA

Ketika sehelai daun jatuh pohon tetap berdiri
Helai-helai lainnya bersama menanti
Ketika sebatang pohon mati hutan tetaplah hutan
Batang-batang tak usah perlu merasa kehilangan

Daun kembali ke bumi kembali ke jati diri
Kembali ke lorong semesta rahasia
Sedang aku bahagia dalam dada kelembutan kasih

Hari-hari yang datang bukan berputar kembali
Tapi seperti dulu berjalan memenuhi janjinya
Ruang dan waktu berpelukan, tak usah sedih

Jangan hilangkan senyum jangan kehilangan tawa
Kenangannya yang tebal akan tertindih lupa
Sehelai daun jatuh hanyalah selembar cerita
Tataplah tunas-tunas pada jalan setapak mereka

202001120720_Kotabaru_Karawang


KAU TIDAK SEPERTI DULU

Kota mana yang dalam keremangannya aku bisa berjalan
Sambil berharap bisa menekan hasrat pelukan dan dekapan
Jika terus disini rasanya aku akan lumat dalam badai rindu
Akan hancur aku dalam lipatan-lipatan kenangan bersamamu

Laut mana yang dalam yang disana aku bisa benamkan luka
Di kedalamannya ingin kumatikan luka pikir dan luka rasa
Agar tidak seperti sekarang luka-luka itu menjadi derita

Di padang pasir mana yang disana aku bisa membuang luka
Biar disantap serigala dikoyak dikunyah ditelan habis semua
Sehingga luka-luka dan bekasnya musnah dan hilang lara

Jika tidak ada kota tidak ada laut jika tidak ada hutan
Kemana arah langkah kemana aku harus mencari
Aku ingin engkau dengan cintamu mendengar segala keluhan
Kini meski dekat engkau jauh engkau tidak seperti dulu lagi


201712301007_Kotabaru_Karawang


YANG YANG  

Yang membuka yang dibuka
Yang menutup yang ditutup
Yang membawa yang dibawa
Yang membaca yang dibaca
Yang mengangkat yang diangkat
Yang menyembah yang disembah
Yang mengutus yang  diutus

201000000000 Kotabaru Karawang 
1 Muharram 1431


GUMAM SI GILA

wahai tuhanku alangkah baiknya kamu
membiarkan aku hanyut dalam arus mabukku
dengan mabuk aku bebas telanjang tak lagi malu
melangkah kemana aku mau menyanyi dimana aku mau
menari dimana aku mau
apa saja dimana dan kapan aku mau

biarkan dunia tak mengerti aku
tapi aku mengerti dunia mereka
biarkan aku di dunia luasku
dan biarkan mereka di dunia sempit mereka
biarkan mereka memujamu
dengan tarian dan lagu-lagu

biarkan aku memujamu 
menanam engkau dalam helaan nafasku
biarkan aku berkata langit putih awan biru

kalau saja bisa aku ingin jadikan kulitku sebagai acar
dagingku kuiris untuk santapan anjing-anjing liar
lalu tulang-tulangnya kulucuti kulempar
biarkan dilahap serigala-serigala lapar
biarkan lintah mengisap darahku hingga mengucur segar
aku tanpa tubuh kasar  dalam kegilaan aku sadar

tuhanku biarkan aku menonton topeng
sepanjang jalan ini alangkah banyaknya topeng kaleng
lagu sengau dinyanyikan oleh topeng rombeng
tarian aneh diiringi lagu aneh topeng bopeng


tuhan aku geli melihat mereka menertawakan aku
tuhan aku geli melihat mereka yang pura-pura  tahu
tuhan aku geli melihat mereka bercelana dan berbaju
hanya untuk menyembunyikan sesuatu yang berbulu

tuhan jatuhkan langit dikepalaku biar remuk ini kepala
bahannya bagus untuk bikin otak-otak saja
tuhan pikirannya menjadikan aku disebut gila
oh apa daya terhadap kuasamu aku tak berdaya

biarkan aku bebas menari dan menyanyi
di sepanjang jalan hidup ini

201306201413_Kotabaru_Karawang



JANGAN UKUR CINTAKU  

jangan mengukur tentang apa dan bagaimana cintaku
dengan kalimat tentang apa dan bagaimana cintamu
karena kita adalah onggokan daging berdenyut
berselimut takut

meski dekat hingga dalam dekap dada
sejatinya kita terpisah dalam pikir dan rasa berbeda
terpisah dalam sekat
terpisah oleh timur dan barat

berceritalah
aku akan mendengar semua kisah
atau diamlah
sampai berlalu resah

201210060726 Kotabaru Karawang


LANGIT-LANGIT DAN RINDU  

tengah malam rindu datang bersama gerimis
titik airnya lembut namun mengiris
basah tanah tipis menyiram mimpi gadis manis
terbangun dari tidur dan rindunya gadis menangis

di langit-langit ini rindu menjadi lukisan indah
sebab langit bukan batas menatap wajah
pada lutut yang dipeluk tumpah segala kisah

gadis manis tengah malam gerimis menahan isak
gadis manis meraba waktu yang terus bergerak
gadis manis menyimpan tangis dalam dada sesak

rindu datang bersama gerimis tipis tengah malam
menimang rasa melayang diayun syahdunya rindu
dengan sunyi dan rindu mata kembali terpejam
gadis manis merajut harapan dalam mimpi baru

201711072431 Kotabaru Karawang


PENGEMIS TERKAPAR

Pagi mandi mendung
Pengemis ceking limbung
Melangkah lelah terhuyung
Masuk angin perut kembung

Tangan tidak merogoh kantong
Kantong bolong isinya kosong
Pengemis terkapar siapa menolong

201901272025_Koatabaru_Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...