Sabtu, 10 Oktober 2020

BERBALAS PANTUN REMAJA

BERBALAS PANTUN REMAJA 

 

Pria :

 

Pawang buaya membeli pinggan

Pinggan dibawa ke tepi rawa

Akan bertanya mohon izinkan

Kerudung kuning siapakah nama

 

Wanita :

 

Terbang belalang di atas rawa

Tiada daun tempat berlindung

Mengapa abang bertanya nama

Harap sebutkan maksud dikandung

 

Pria :

 

Pergi ke Bandung membeli kain

Kain yang banyak diikat-ikat

Maksud dikandung tiada lain

Ingin kenal yang lebih dekat

 

Wanita :

 

Ambil gergaji dan ambil papan

Membuat rakit jangan di darat

Adik akan beri jawaban

Jika abang penuhi syarat

 

Pria :

 

Membuat rakit jangan di darat

Karena ada burung merpati

Silakan adik sebutkan syarat

Semoga abang bisa penuhi

 

Wanita :

 

Ladang di hulu diserang hama

Hamanya mati diasap sabut

Abang dahulu sebutkan nama

Barulah adik siap menyebut

 

Pria :

 

Batang pinang ditimpa hujan

Hujan meluas hingga ke pulau

Abang yang hina bernama Usman

Baru pulang dari merantau

 

Wanita :

 

Hujan meluas hingga ke pulau

Tanah basah tidak merata

Bang Usman baru pulang merantau

Pantaslah kali ‘ni nampak di mata

 

Pria :

 

Batang ketapang berdaun lima

Diiris-iris memakai badik

Abang sudah menyebut nama

Sekarang giliran adik yang cantik

 

Wanita :

 

Beli alu di pasar lama

Banyak orang datang melirik

Adik malu menyebut nama

Malu karena disebut cantik

 

Pria :

 

Kapur barus tidak berbau

Ambil segenggam dibungkus daun

Mengapa harus merasa malu

Adik memang cantik dan anggun

 

Wanita :

 

Daun antanan dimakan ngengat

Disimpan lama di dalam gua

Sudilah kiranya abang mengingat

Nama adik Siti Saleha

 

Pria :

 

Ke kebun bunga mengusir lalat

Lalat terbang hingga di dupa

Tentu saja abang ‘kan ingat

Sampai kapanpun tak akan lupa

 

 

BERBALAS PANTUN REMAJA 

 

Wanita :

 

Anak muda membeli batik

Batik berwarna semua sama

Adik hendak bertanya balik

Abang yang baik siap nama

 

Pria :

 

Bertiup angin terbanglah ngengat

Habis disantap ikan bawal

Abang ingin adik mengingat

Nama abang Dadang Mahiwal

 

Wanita :

 

Anak Padang bermain galah

galah panjang siapa punya

Nama abang sangatlah gagah

Sama gagah dengan orangnya

 

Pria :

 

Bawa papan ke tengah lapang

Papan cadik diikat kawat

Kapan abang boleh bertandang

Ke rumah adik abang berminat

 

Wanita :

 

Perahu balap karam di hulu

Layarnya patah terbagi dua

Adik harap janganlah dulu

Sebelum adik izin ‘rang tua

 

Pria :

 

Daun pintu bahan perunggu

Dibuat panjang tidak berujung

Kalau begitu abang menunggu

Kabar kapan boleh berkunjung

 

202012120621 Kotabaru Karawang

 

DAGING DADA DAN SELA PAHA

 

Di ujung sana pemghuni kota berjalan siang membawa lentera

Berjalan sendiri berjalan bersama dalam kota mencari kota

Padahal matahari sedang panas memanggang di atas kepala

Kalau saja mereka tahu rahasia pasti mereka mati tertawa

 

Mati tertawa karena kaki tersandung batu sebesar gunung

Mati tertawa karena tak ada habisnya menggenggam bingung

Menertawakan diri mengapa siang malam selalu linglung

 

Siang hari bawa lentera tapi tak bisa melihat angka

Yang terlihat hanya daging di dada dan di sela paha

Hilang waktu musnah mangsa dipakai menunggang dan meraba

 

Di ujung sini penghuni kota sama berjalan membawa lentera

Yang sendiri yang bersama membaca langit bermain pura-pura

Yang di sana yang di sini sama bingung mencari kunci surga

Meski tergeletak di depan mata tak terlihat karena buta

 

202010020637 Kotabaru Karawang

HASRAT PARA TUAN DAN PARA BUDAK

 

Sejenak menoleh maka hasrat tersesat hancur dalam perangkap

Retak-retak dinding retak-retak harapan lalu roboh terhempas

Harapan kenbali terkungkung dada sesak dalam ruang pengap

Sendiri lagi hilang sirna harapan yang tersisa hanya cemas

 

Ratapam si buta menembus langit berteriak di mana tongkat

Ratapan pelukis menembus langit berteriak di mana kanvas

Ratapan pelacur menembus langit berteriak di mana bedak

 

Bayang-bayang panjang yang terjebak dalam perangkap hasrat

Menjadi pudar disapu debu padang pasir panas dan ganas

Tiada beda hasrat para tuan dan hasrat para budak

 

Perangkap hasrat berbuah kecewa dan putus asa

Tersiksa dan terkunci mati tiada jalan kenbali

Ruang-ruang jadi hampa gelap semua sudut langit jiwa

Sejenak menoleh menjadi cetar cemeti yang menyiksa diri

 

202010021740 Kotabaru Karawang 

BACAAN BERJALAN PADA KOTA YANG BERJALAN

 

Ini kitab kudrat berhalaman iradat bertuliskan tinta takdir

Hitamnya merahnya putihnya kuningnya tebal tipis terlukis

Ini kitab yang punya titik awal dan menuju garis akhir

Dibaca siang dengan derai tawa dibaca malam dengan lirih tangis

 

Kitab yang bodoh jika dibodohkan jika dipintarkan jadi pintar

Diberjalankan di bawah lengkung langit diikat kadar

Melangkah limbung terhuyung mabuk melangkah tegak tengadah sadar

 

Kitab yang sujud bertanya siapa yang sujud siapa yang disujudi

Kitab yang pasrah sadar diri semua ketentuan ilahi rabbi

Senyum lega menerima hidup tertawa lebar menghadapi mati

 

Ini kitab yang berjalan dalam semesta ketentuan tak tersentuh

Kitab yang bersih kembali bersih bukan karena dibasuh

Hayyun qadim la yamuth tatharraqu bi iznillah

La ilaha illa allah Muhammad rasul Allah

 

 

202010071027 Kotabaru Karawang 

 

CINTA DAN RINDU YANG TIDAK PUNYA BATAS

 

Dengan cinta kutabur bibit cinta di taman cinta

Aku ingin kelopak bunga rindunya semerbak mewangi

Tapi aku tak mampu bagaimana harus menyusun kata-kata

Bahkan bait-bait yang kugubah hancur lebur menjadi ilusi

 

Detak detik yang mengkristal menjadi gumpalan hari

Menggiring hati kembali ke dalam lingkaran sunyi

Cinta dan rindu yang tumbuh tak sepenuhnya menghapus sepi

 

Aku bertanya kepada malam yang datang membawa kecewa

Mengapa kelopak dan semerbak wanginya tak mendunia

Apakah karena bibit cinta kutabur saat musim salah masa

 

Angin semilir lembut membelai rimbun bunga kertas

Membawa jawaban pertanyaan perasaan yang tak pernah puas

Bahwa kisah bibit cinta dan bunga rindunya sangat jelas

Tak ada garis tak ada tanda yang bisa dijadikan batas

 

202010100653 Kotabaru Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...