Minggu, 12 Juli 2020


MALAM LAUT LAUT MALAM  

Malam adalah lautan
Yang aku layari dengan gagah
Di haluan aku merentangkan tangan
Di buritan kemudiku tak ‘kan bisa patah

Di geladak aku mandi percikan ombak
Berbasah-basah aku mengingat kata untuk puisi
Bait demi bait kutulis pada tiang layar yang tegak
Aku berbisik puisi ini untuk diriku sendiri

Malam laut adalah laut bermula senja berakhir fajar
Aku layari malam dengan gagah sedikitpun tak gentar
Telinga mata hidung bibir dicekik tubuh gemetar

Tiang tegak layar terkembang perahu melancar
Menunggang alun diayun gelombang laut terbakar
Dihaluan tangan kurentang di buritan kemudiku kekar

201706072329 Kotabaru Karawang


MARI TERUS BERPUISI  

mari berpuisi terus teman tanpa keinginan dipuja dipuji
kalau toh ada puja dan puji jangan diredam jangan dipendam
lepaskan ke langit tempat puji datang dan puji pergi
celoteh benci dan senang biarkan pergi ke balik malam

mari berpuisi terus teman kisahkan tentang hidup dan kehidupan
pakai ukuran dan timbangan diri jangan pakai katanya
gubahan yang jadi adalah bahasa murni bahasa jiwa

mari berpuisi teman berkisah tentang apa itu keindahan
jangan jauh mencarinya karena keindahan ada dalam dada
terpateri di sanubari disaring oleh pikir dan rasa

mari terus berpuisi bersama matahari dan bulan jadi teman
susunlah huruf menjadi kata susun kata menjadi kalimat
kalimat menjadi bait puisi terus terus jangan pernah bosan
jika ada puja dan puji lepaskan di hati jangan melekat

201711080855 Kotabaru Karawang


PUISIKU HANYA NASI BASI  

Bukan karena huruf kandas dilahap serigala
Bukan pula karena kata dikunyah iblis
Tapi karena wajah kusam suram tanpa cahaya
Jadilah satu-satunya hati ini pedih teriris

Bukan karena dedemit menggerogoti bait-bait
Tapi karena wajah yang tak lagi ayu hilang binar
Jadilah aku si buta tuli gugup menahan resah

Aku ingin terbang ke langit dan di sana aku menjerit
Aku minta malaikat menjaga mata jangan hilang sinar
Buta tuliku cukup sampai resah jangan gelisah

Sendiri berdiri ketika hari telah senja
Aku mengunyah diam menelan sepi mencetak bisu
Puisi yang kugubah dari suara semesta
Jadi nasi basi beku bau tak laku

201710181733 Kotabaru Karawang


MATA KOSONG HATI MATI  

Lebaran ini bisa jadi neraka atau mungkin juga surga bagimu
Engkau yang dijejali kegelapan jahanam
Terbaring lemahkah engkau meratap menatap langit kelabu
Atau bersorak mencium wangi juta yang kau terima semalam

Engkau dalam nyala api yang disulut oleh serigala-serigala
Engkau dalam dingin air yang membalut rasa
Atau engkau dalam air dingin yang panas karena api
Yang karenanya tatapanmu jadi kosong mati

Engkau sendiri yang memberi arti
Surga atau neraka
Kuncinya ada pada pikir dan rasa
Engkau sendiri yang akan menutup dan membuka

201607052022 Kotabaru Karawang

PENJAJA BODOH  

aku adalah penjaja bodoh
duduk keliling dunia kutawarkan sesuatu
yang aku tak tahu

banyak yang menghentikan aku dan bertanya
hei pak tua apa yang kau jajakan
aku jawab entahlah aku tak tahu
adakah yang sudah membeli
ada yang berkata mereka telah membeli
tapi aku tak pernah merasa jual beli
tak ada yang kuserahkan
dan tak ada yang kuterima

aku berkeliling lagi
dari utara ke selatan yang tidak aku tahu di mana batasnya
dari barat ke timur yang tidak aku tahu di mana batasnya

aku dagang aku dagang adakah yang mau beli
aku singgah berbenah menela’ah

201212290605 Kotabaru Karawang


LELAKI DAN AYAT-AYAT DI KEBUN  

Lelaki di kebun duduk di pondok tanpa atap
Ke batas pandang terhalang mega-mega putih menatap
Bergumam sendiri apakah aku siap

Lelaki di kebun menanam kunyit
Gagang pacul didekap dahi mengernyit
Jika izrail datang kuatkah aku menahan sakit

Lelaki di kebun menanam sirsak
Menatap tanah dunduk duduk sejenak
Ah. Izrail datang nafasku sesak

Lelaki di kebun menanam serai dan petai
Bergumam Izrail datang semoga santai
Jangan sampai aku menyeringai

Lelaki di kebun menanam delima
Bergumam “inni as aluuka ridhaka”
Hatiku lumayan lega

Lelaki di kebun menanam papaya
Bergumam tiada daya tiada upaya
Kau Mahakuasa

Lelaki di kebun menanam rambutan
Bergumam wajar penuh kekhawatiran
Karena mencatat “khata i wa nisyaan”

Lelaki di kebun menanam semangka
Berdo’a selama diizinkanNya
Bukan untuk surga juga bukan neraka

Lelaki di kebun menanam manggis
Harapan tak pernah habis
Menggumpal dalamtangis

Lelaki di kebun menanam kedondong
Gemetar lidahnya akan dipotong
Ridha mengaku tak sengaja bohong

Lelaki di kebun menanam kenanga
Bergumam aku pergi sendiri saja
Semoga betah dan tak kembali ke dunia

201604250841 Kotabaru Karawang


KERANJANG DI PUNDAK TUAKU

Aku mengepakkan sayap tinggi melayang
berdendang senang mengejar jejak elang terbang
jauh dibalik langit di lubang hitam awang-awang
mengumpulkan bayang-bayang siang
bayang-bayang kusimpan dalam keranjang
lalu keranjangnya kusandang di pundak tuaku

Aku menukik tajam
ke dasar bumi menghunjam
di sana ada siang seperti malam
bayang-bayang malam kusulam
sulamannya kusimpan dalam keranjang
lalu keranjangnya kusandang di pundak tuaku

Aku berjalan menelusuri jejak angsa berenang
satu-satu jejaknya kupegang
jejak angsa berenang kusimpan dalam keranjang
lalu keranjangnya kusandang di pundak tuaku

Masuk ke dalam gua pengap
ada bayang-bayang hitam gelap
bayang-bayang kutangkap kudekap
bayang-bayang gua gelap kusimpan dalam keranjang
lalu keranjangnya kusandang di pundak tuaku

Di pundak tuaku ada bayang-bayang
bayang-bayang bulan bayang-bayang bintang
Setia sepanjang hayat diingat mengingat teringat
diikat mengikat terikat lekat erat

201401100906_Kotabaru_Karawang


LELAKI DAN AYAT-AYAT DI KEBUN  

Lelaki di kebun duduk di pondok tanpa atap
Ke batas pandang terhalang mega-mega putih menatap
Bergumam sendiri apakah aku siap

Lelaki di kebun menanam kunyit
Gagang pacul didekap dahi mengernyit
Jika izrail datang kuatkah aku menahan sakit

Lelaki di kebun menanam sirsak
Menatap tanah dunduk duduk sejenak
Ah. Izrail datang nafasku sesak

Lelaki di kebun menanam serai dan petai
Bergumam Izrail datang semoga santai
Jangan sampai aku menyeringai

Lelaki di kebun menanam delima
Bergumam “inni as aluuka ridhaka”
Hatiku lumayan lega

Lelaki di kebun menanam papaya
Bergumam tiada daya tiada upaya
Kau Mahakuasa

Lelaki di kebun menanam rambutan
Bergumam wajar penuh kekhawatiran
Karena mencatat “khata i wa nisyaan”

Lelaki di kebun menanam semangka
Berdo’a selama diizinkanNya
Bukan untuk surga juga bukan neraka

Lelaki di kebun menanam manggis
Harapan tak pernah habis
Menggumpal dalamtangis

Lelaki di kebun menanam kedondong
Gemetar lidahnya akan dipotong
Ridha mengaku tak sengaja bohong

Lelaki di kebun menanam kenanga
Bergumam aku pergi sendiri saja
Semoga betah dan tak kembali ke dunia

201604250841 Kotabaru Karawang


MEMBAKAR ILALANG BASAH

Dengan sisa panas aku membakar semak ilalang basah
Asapnya membubung beratditelan rintik hujan senja
Belukar dan dedaunannya tidak limbung tidak goyah
Hanya sepintas dijilat api sejenak lalu reda

Aku minta angin berhembus menimang bara rerumputan
Menggeliat bara merah sejenak lalu padam lalu hitam
Ilalang terbahak bergoyang tajam sinis memandang

Apiku padam bara-bara ikut padam memendam kekecewaan
Badai tak kunjung datang angin berhembus ikut padam
Sementara ilalang tambah pongah tekan pinggang

Di pondok di tepi hutan aku duduk lutut kupeluk
Di air comberan aku berkaca ah punggung bungkuk
Senja tiba kupenuhi janjikepada burung pungguk
Mati kita terbang bersama pindah dari tanah terkutuk

201301260619 Kotabaru Karawang


AYAT-AYAT DI WAJAH KEKASIH  

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat merah
Hamba menimang gundah

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat biru
Hamba lebur dalam sendu syahdu

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat kuning
Hamba tenggelam dalam lautan hening

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat hijau
Hamba terpukau

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat hitam
Hamba muram

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat ungu
Hamba termangu

Pendar cinta pada wajah menjadi ayat putih
Hamba

201611122100 Kotabaru Karawang


JANGAN UCAPKAN

ketika diam bicara
ketika bicara berbunyi
diam dipeluk cinta
bicara memeluk api

jangan ucapkan aku cinta
ucapkan jangan aku cinta
aku ucapkan jangan cinta


201805281530_Kotabaru_Karawang


BUAT YANG MENCARI  

Letakkan telapak tangan di dada lalu dengarlah kalimat pujian
Dengarlah dalam sunyi yang sepitanpa pertanyaan lagi
Aku tak ingin langkah-langkahmu tak mengarah ke tujuan
Sehingga seluruh helaan nafasmu jadi tak punya arti

Jangan teripu desir angin jangan tertipu tawa dara
Atau janji tentang sebuah mahkota dan singgasana
Teruskan teruskan dalam langkah keyakinan
Tenggelamkan dirimu dalam kenyataan

Inilah aku kekasihmu yang penuh gairah cinta
Tak putus sepanjang malam sepanjang siang
Basah tubuhmu mandi keringat asmara

Letakkan telapak tanganmu di dada
Ciumlah bayang-bayang
Maka aku dan kamu ada dalam jumpa

201212252145 Kotabaru Karawang


BULAN SEBELAH  

malam ini miring ke barat bulanku hanya sebelah
dibalut kenangan tentang sebuah luka parah
ketika pisau cinta menancap di dada terbelah
dipeluk seribu rindu didekap sejuta gelisah

luka menganga membusuk berdarah bernanah
ditimang dihempas untaian gelisah dipulas resah
kepada bulan sebelah aku berkisah
agar kau tahu lukaku bertambah parah

dimakan waktu wahai bulan sebelah
tubuh tua renta ini semakin lemah
kau akan menjasi saksi tubuh ini rebah

lalu cahaya lembutmu membelai tanah merah
di sana berakhir segala resah
berat beban cinta salah tak terarah

201206272229 Kotabaru Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...