Sabtu, 18 Juli 2020


LUPA
(Untuk temanku M Ali Zulfikar di Serambi Mekah)

Titik hitam itu telah jatuh di tempat terang
Tidak seperti dulu terlindung oleh bayang-bayang              
Titik hitam itu telah melambungkan khayal melayang
Tinggi mencari puncak cinta riang melayang

Wajah siapakah gerangan yang tak membosankan dipandang
Wajah cemerlang indah saat malam menggetarkan ketika siang
Bukankah itu wajah kekasih yang mendekap dengan kasih sayang

Tirai telah dibuka dan tak ada lagi rahasia berdua
Semua tampak telanjang terlihat dalam wujud yang nyata
Tenggelam bahtera hilang lenyap dalam pengabdian hamba

Titik hitam di bawah ba membawa cipta bi kama ma kana
Bi yakunu ma yakunu menyempurnakan apa yang akan ada
Dan kekasih pun memeluk mendekap tanpa rayu tanpa raba
Lupa barat lupa timur lupa selatan lupa utara

201806250817_Kotabaru_Karawang


KAU KUSEMBUNYIKAN  

Kejar hingga ke batas meskupun kau lapar meski harus terkapar
Orang perorang datang menimbang harapan bibir gemetar
Membuat kitab tanpa jilid tanpa lembaran tanpa halaman
Pada saat dirinya terpasung hilang di pulau tanpa daratan
Ambil panah lesatkan anaknya ke titik dalam gelap
Setelah itu surutkan langkahmu tengadahkan tangan berharap
Ingin datang seribu mukjizat sambil tidur lelap dalam gelap
Asingkan diri jika dalam terang tak bisa menatap
Nanar dan sasar seperti kata Chairil Anwar
Antara mimpi dan jaga siang hari di jalan tidak datar

201206291910 Kotabaru Karawang

JANGAN MELIHAT KE BELAKANG

Setelah hitam itu sudah tak ada yang lain
Di balik hitamnya hanyalah putih belaka
Biarkan diri pasrah dibungkus kain
Kemudian hancur dalam iringan doa

Semua cinta akan hanya tinggal dikenang
Semua rindu akan menjadi bayangan semu
Yang berubah hanya waktu dan nama

Jangan melihat ke belakang
Itu hanya kisah perlahan akan berlalu
Waktu akan menggiring dan akhirnya semua lupa

Layar dibuka kembali dan kisah baru hadir
Hitam dan putih menjadi hiasan malam mendidih
Perjalanan menjadi teka-teki nasib atau takdir
Tak ada senang susah tak ada gembira sedih

201906140858_Kotabaru_Karawang


INGIN MEMELUK LAGI

Hari datang tanpa kisah hari pergi tanpa cerita
Menyisakan sunyi memeluk bilah pagar bambu rapuh
Kembali seperti dulu tanpa rindu tanpa cinta
Dimakan waktu tak lama lagi pagar ‘kan rubuh

Sepi yang dulu kembali datang kian mencekik
Sunyi yang dulu kembali garang kian mencabik
Parau suara hilang tidak bisa lagi memekik

Pertanyaan datang bersanding jawaban hilang
Gelap yang datang bersanding lenyap terang
Cinta dan rindu mengambang di kanvas bimbang

Tangan lemah lunglai dekap dan peluk tak sampai
Relung kalbu sesak dipanggang haus membakar
Ingin memeluk lagi tapi bagaimana memulai
Entahlah, ruang dan waktu bedanya semakin samar

201911090649_Kotabaru_Karawang


HIDUPKU PANCING  

pancingku hidup umpanku nasib
berangkat aku memancing ke danau
danau beriak riakkan sinar
sinar gemerlap gemerlapkan harap
harap bergantung gantungkan hidup

hidupku pancing umpanku nasib
hidup menjinjing pancing dan umpan
ke danau

198400000000 Tirtamulya Karawang


GELAS PECAH

Gadis belia menggigil
Langkah tersandung kerikil
Menggebu-gebu malam memanggil
Kesempatan nekad diambil

Kini gelas telah pecah
Kain atas bawah basah
Bara hasrat berbuah gelisah

201901272046_Kotabaru_Karawang


ENTAH  

gemuruh rusuh gedung-gedung runtuh subuh
tubuh-tubuh ditetak rubuh

terbit matahari banyak yang lari ribuan ngeri harta tak berarti
harta membunuh diri pangkat menyiksa hati cantik sakit hati

teriak laknat sikatdi lidah ketat melekat paha dada lepas ikat
lidah serigala menjulur menjilat-jilat darah keringat seringai nikmat

lepas mengejar beringas dikulum nafas panas

dedemit pesta nerahi ketika naik siang pakai berahi kuda jalang
pakai berahi anjing makan tulang pakai berahi babi menunggang

gadis-gadis kecil direbut dari pelukan
ibu isteri gadis janda perawan
melolong jadi santapan

kota penuh kepul asap jalan lari sepatu berderap
mulut dibekap mata gelap
lidah api di langit dan di atap

si gila selamat pidato di pinggir jalan
di sampingku memanggil tuhan
menyanyi lagu indonesia raya  tanah airku
tanah tumpah darahku mari kita makan tahu

jangan pakai baju dulu ini lihat bulu ini lihat buluku
ayo maui pakai aku siapa mau pakai aku

bangun aku dan bertanya
apa siapa mengapa kapan di mana bagaimana



SEMESTA SUNYI SEMESTA NYATA

Bacalah huruf sunyi dalam relung hati
Baca dengan hati tulus pasrah tanpa bunyi
Lam alif alif lam ha alif lam alif alif lam lam ha
Mim ha mim dal ra sin wau lam alif lam lam ha

Mengkaji diri dalam duabelas pasang tulang rusuk
Benteng diri menghindar dari bisikan terkutuk
Menyerahlah buang ragu dan segeralah masuk

Bacalah dalam kata La ilaha illa Allah
Muhammad rasul Allah
Engkau membaca engkau terpilih jika pasrah

Ba sin mim alif lam lam ha
Bismillah nyata ada terbaca
Ingatlah terus terus dan terus
Pada jalan lurus yang tidak putus

201908101156_Kotabaru_Karawang


CINTA DAN RINDU UNTUKMU  

Cinta dalam laut tenang dan rindu dalam ganas gelombang
Cinta dalam angin buritan dan rindu dalam badai menerjang
Cinta dalam sakal memanggang dan rindu dalam angin garang
Cinta dalam rindu daratan dan rindu dalam laut yang pasang

Cinta dalam tujuh biduk dan rindu dalam empat pari
Cinta dalam matahari dan rindu kembali esok pagi
Cinta dalam layar terkembang dan rindu dalam kekar kemudi

Cinta dalam kepak camar rindu dalam paruh menyambar
Cinta dalam dalam gemulai sayap elang rindu dalam kuku mencakar
Cinta dalam asin segara rindu dalam pulau berair tawar

Cinta dalam bakau melambai rindu dalam putihnya pantai
Cinta dalam karang menghadang rindu dalam landainya pantai
Cinta dalam gelegar petir rindu dalam kilat menyeringai
Cinta dalam siap berangkat rindu dalam kapan sampai

201712052006 Kotabaru Karawang


BERKATA SANG KEKASIH  

mahasuci Allah yang memberdirikan hamba dalam kesadaran
bahwa duaratus enampuluh jum’at telah didirikan
tonggak hari bersisa seribu empatratus duapuluh sembilan
bahwa tonggak nol empat tigapuluh telah ditetapkan

mahasuci Allah yang telah menjadikan hambanya membaca
bahwa takut hanyalah kepadanya
lalu hamba berusaha dengan penuh kesadaran
untuk menjadi saksi betapa benarnya semua firman

demikianlah hendaknya setiap hamba berharap dan berusaha
menemukan pintu yang benar untuk masuk
di balik pintu ada kasih sayang teramat indahnya
yang tak akan pernah terbayangkan oleh pikiran manusia

mahasuci Allah yang yang telah menguji hamba
empat puluh lima tahun menunggu berita
dalam harap cemas pagi siang dan malam
kini sampai berita wa’alaykum salam

201411210648 Kotabaru Karawang


ARUS DERAS  

menepi aku dari arus deras menimang gejolak zaman
mengukurnya dengan sebongkah otak karatan
di sudut sendiri aku menagis
air mata merah yang menetes basah

tak disangka aku masih bisa mendengar
orang-orang lantang berkata
langit putih
awan biru

201608202121 Sleman Jogjakarta


YANG TERBUKA DAN YANG TERTUTUP

Dari rahasia ruh sang hidup terlempar suratan diantar
Musnah rasa mana siang mana malam mana barat mana timur
Ubun-ubun terbakar gunung bergetar bersambaran halilintar
Hilang segala rupa empat menggumpal satu dibatas umur

Lalu berlayar di samudera bimbang memilih dua jalan nyata
Matikah hidupkah jika mati apakah mati jika hidup apakah hidup
Jika hidup lihatlah burung nasar mengintai di luasnya angkasa
Jika mati kenapa tenggelam dalam kilatan yang tak pernah redup

Jadilah diri membawa aku mengaku aku menimbang salah dan benar
Menilai baik menilai buruk bermain dalam segala perumpamaan
Menari menyanyi lupa badan hantaran berjalan pada batas samar
Bercengkerama menimang tanya ini khayalan atau kenyataan

Rahasia dibiarkan jadi rahasia yang tertutup tetap tertutup
Sembilan lubang lebar menganga disuapi tidur garam wanita
Lalu datang senja yang pasti datangnya karena matahari redup
Yang terlempar jadi bangkai hidup menjadi tempat segala nista

201805250344_Kotabaru_Karawang


SEBELAS SATU

Akan selesai sebelas
Hampir tanpa batas
dalam laut amblas
lembut yang keras

Sebentar lagi datang satu
Sejak berpisah aku menunggu
Untuk mendekap tanpa ragu

201804260935_Kotabaru_Karawang


MEMBURU BULAN  

Sebentar lagi orang siap mengejar bulan
Bernafsu seorang seribu dalam genggaman
Bulan melenggang senyum tak kebingungan
Ketika bulan ditunjuk telnjuk bukanlah bulan

Kata yang ini seribu bulan itu begini
Kata yang itu seribu bulan itu begitu
Seribu bulan ramai dalam ragam pikiran

Kata yang ini seribu bulan di sini
Kata yang itu seribu bulan di situ
Seribu bulan ramai jadi bahan pertengkaran

Ada yang menangkap bulan seribu
Diletakkannya di telapak tangan
Tidak dihitung namun tak keliru
Karena sejak dilahirkan bulan sudah dalam pelukan

201805282033 Kotabaru Karawang


LEBAH API CINTA  

Bibirmu jangan dusta
Karena matamu bicara tentang segalanya
Mana mungkin kita tak pernah berjumpa
Sedang madu di bibirmu
Telah kureguk sepuas hati

Bagaimana kau bisa berkata tidak
Sedang semua berkas rindu masih utuh
Kauyang meletakkanketika mendekap

Demikian juga rinduku
Telah aku letakkan ketika berdekapan
Dalam dahana asmara gelap adalah terang kita

Ah, jangan dusta bibirmu bibirku sering berbasah-basah
Dalam manis madu lebah yang sama
Lebah tak bersayap yang terbang dalam api cinta

Dinding ini selalu memantulkan desahmu
Kembali mengisi sunyi subuh temaram di ujung malam

201603200442 Kotabaru Karawang


KABAR MATAHARI

matahari memberi kabar
senja akan berakhir
sadar jangan sekedar
bersandar kepada takdir

raba lagi pundak tua
jika beban masih ada
titipkan kepada sang kala


201906251220_Kotabaru_Karawang


JADIKAN AKU PENGEMIS  

Memandang wajahmu indah di awan rendah berarak
Rinduku mengiris meremas hati tak bisa ditepis
Menusuk jauh merambah jadi ratap jadi teriak
Aku tegaktengadah lalu rubuh tersungkur menangis

Memandang wajahmu sempurna di batas pandang
Mabuk aku gelisah karena memeluk dan dipeluk
Nikmat melayang bersama dalam gugusan gemintang

Ke sanubari aku berharap kau selalu datang
Ke dalam darah daging tulang sumsum biar merasuk
Dalam api cintamu biar aku hangus terpanggung

Memandang wajah kekasih pada warna-warna sisa hujan
Ada awan berarak dan rindu yang tak bisa ditepis
Harapan terucap dalam do’a-do’a yang aku lantunkan
Abadikan aku tidak lebih dari menjadi pengemis

201711220935 Kotabaru Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...