Minggu, 15 Agustus 2021

 

KAU TIDAK BISA SEMBUNYI

 

Bagaimana akan bisa menyembunyikan rahasia

Jika di sudut kerling mata tampak aksara

Dan di sudut bibir ada kata tertata

Hening tapi terbaca sebagai sajak-sajak cinta

 

Bait-baitnya yang indah terlukis di hitam alis

Teruntai sempurna sempurna pada lentik bulu mata

Hitam putih dan kerling mata tajam penuh kisah

 

Tenggelam malam tenggelam dalam tangis

Kanvas kosong kuas kering lukisan tak tercipta

Di mana akan disemnunyikan rahasia hati yang gelisah

 

Maukah kembali padaku sembunyikan wajah di dada

Seperti dulu akan kukecup titik di kening

Seperti dulu akan aku ucapkan kata rindu dan cinta

Bersama semua rahasia kita layari malam hening

 

202108051423 Kotabaru Karawang

 

AKU

 

Aku merangkak di atas kata yang centang-perenang

Aku berjalan di dalam baris puisi yang semakin basi

Aku tersiksa merenda dalam kusutnya benang

Aku hanya punya dulu sekarang tak punya nanti

 

Aku meniti di licinnya bait yang tak mau bangkit

Aku menelan liur yang menyembur dari mulut-mulut sakit

Aku menjadi saksi kebodohan saling ungkit

 

Aku terhuyung dalam redup hilang liuk hilang lenggang

Aku limbung jatuh duduk menangisi batas pandang

Aku jongkok terperosok hilang riang hilang senang

 

Aku telentangkan diri kepala di empat kaki di tujuh

Aku pastikan memahat diri dalam duabelas duabelas

Aku ingin berbaring syahdu mengingat penuh seluruh

Aku taruh tangan di dada untuk saksi yang mahajelas

 

202107260728 Kotabaru Karawang

 

BUNUHLAH DIRI

 

Sambil membawa kunci mereka melantunkan doa

Tentang jalan lurus yang mengarah ke surga

Tapi jalan lurus yang diminta disia-siakan

Karena mengira kematian adalah kehidupan

 

Sepuluh jari dipakai menusuk mata

Sepuluh jari pula dipakai menyumbat telinga

Sepuluh jari membungkam mulut tidak bicara

 

Jelas jelas tuhan hidup dimatikan

Lalu tuhan mati dipuja diagungkan

Disembah dimuliakan dalam rindu dalam khayalan

 

Kunci diri adalah empat tiga

Pintu diri adalah tiga empat

Bukalah dengan rindu dan cinta

Bunuhlah diri untuk mendapat tempat

 

202107102012 Kotabaru Karawang

 

SIAPA TENGADAH SIAPA TUNDUK

 

Kau jangan risau karena diri adalah kunci

Warisan yang melekat terbawa utuh sejak lahir

Rahim bunda jalan datang membawa takdir ilahi

Lalu ada pilihan kanan kiri sampai batas berakhir

 

Kau jangan risau karena engkau adalah utusan

Utusan bagi dirimu sendiri dan juga menjadi saksi

Bagi yang mengeluarkan engkau ke panggung hidup

 

Bebaskan kalbu ikuti lagu dengar semua tetabuhan

Gemulaikan tubuh sujudkan semua tanpa kecuali

Jangan risau tak perlu karena kasih tak pernah redup

 

Jangan risau tak usah karena diri adalah pintu

Pintu warisan yang terbuka lebar tanpa diketuk

Dan ketika pintu kunci kunci pintu menyatu

Masihkah perlu tengadah masihkah perlu tunduk

 

202106260934 Kotabaru Karawang

 

LANG LUNG TING TUNG BUR TUP

 

Merambah semak ilalang mencari jarum yang hilang

Menapaki panjang zaman menelusuri tepian palung

Bak maling kesiangan gugup memikul papan palang

Langkah mabuk terhuyung-huyung dimakan linglung

 

Lidah terpasung dipantangkan bicara penting

Atau kepala punya benjol gratis kena pentung

Atau pilih teriak saja lalu lari pontang-panting

 

Telan ludah gigit bibir langkah dibanting

Jerawat dipijit pecah muncrat seperti belatung

Cantik leher jenjang telinga tak  anting-anting

 

Sabar ini jaman harus sabar yang sabar subur

Mau kabur kabur kemana jalan sudah ditutup

Sabar sabar tanak nasi banyakkan air bikin bubur

Sabar sabar sampai mata menutup bibir terkatup

 

202106240819 Kotabaru Karawang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PINTU TERBUKA


Cermin berbayang wajah

Terpuji empat tujuh

Siang malam indah

Dalam dekat jauh

 

Lihat cium kecup dengar

Tidak akan pernah tertukar

Menjadi pintu terbuka sadar

 

202106192353 Kotabaru Karawang

 

DALAM DAN DENGAN

 

Batas hasrat harus dibuat agar luka tak terlalu terasa

Sepi yang datang terima karena sepilah yang setia

Jadi asing karena selalu tersisih nyaris tak dilirik

Jangan aneh jika tapaknya berupa rasa yang tercabik

 

Cinta dan rindunya akan menyatu dalam hening

Menyisakan rasa pada mereka yang masih berdiri

Dengan luka menganga tanpa darah dalam dada

 

Jangan tangisi yang terbaring dengan hati bening

Ia telah abdikan diri dalam penghambaan sejati

Ia senyum ceria karena telah dilihatnya pintu surga

 

Ia adalah cinta yang hidup dalam dan dengan cinta

Ia adalah rindu yang hidup dalam dan dengan rindu

Ia datang dalam dan dengan cinta

Ia pergi dalam dan dengan rindu

 

202106172009 Kotabaru Karawang

 

 

 

BANGUN BANGUN

 

Bangun anakku, bangun, bangun dari tidurmu yang kaku

Tidur yang menjadikan engkau bermimpi yang lucu-lucu

Bangun, cuci mukamu jangan pakai tisu, pakai air hangat

Lihat, meski sama warnanya ini tahi ayam, bukan coklat

 

Bangun, duduk, lihat katepe, alamat terbaca jelas

Engkau tidak terkurung di menara tinggi dan gelap

Kau menunggu pangeran berkuda sebagai juru selamat

 

Bangun, mandi, dandan, pakai baju, duduk di teras

Siapa tahu ada yang lewat lalu singgah menatap

Jika perlu singkap sedikit agar betismu terlihat

 

Bangun dan turunlah segera dari menara tinggi

Pakai gincu pink (jangan gancu) pada bibir mungil

Buang muka masam senyumlah manis setiap hari

Jika tidak ada yang hallo dengan “hai” izinkan aku memanggil

 

202106171350 Kotabaru Karawang

 

 

BULAN DI SELA JEMURAN

 

Yang, malam bulan di sela jemuran

Benar indah tapi terasa masih kalah

Kalah indah dengan sela yang kau suguhkan

Hitam di antara dua putih yang membakar gairah

 

Tidak seperti engkau Yang bulan terlalu jujur

Bulan telanjang dipandang semua mata

Sedangkan di lembahmu masih ada yang tersembunyi

 

Bulan jadi kalah karena terukur

Pagi pergi dan datang kembali esok senja

Sedangkah di lembahmu selalu dalam getaran hati

 

Yang, indahnya bulan karena sinar mentari

Jika berlebih bulan akan pucat pasi

Sedangkan sela yang kau suguhkan lekat di dada

Selalu ada dalam dekapan rindu karena cinta

 

202105281115 Kotabaru Karawang

 

 

KEKASIH MALAM KEKASIH SIANG

 

Kekasih malam yang perlahan datang ketika petang perlahan hilang

Selalu merentangkan tangan terbuka menawarkan dekapan dan pelukan

Di sini tempatmu dalam syahdu pelukan berbaringlah dengan tenang

Bukit perak gunung emas celah lembah indah lepaskan dan lupakan

 

Bilangan besar kecil di sini dalam hitungan tak terhingga

Jauh dan dekat di sini lenyap dan hingar bingar juga lenyap

Tenggelam tak jadi pengap terbang tinggi sayap tidak berkepak

 

Kata indah yang kau punya di sini tak punya arti tak punya makna

Pelukan dan dekapan yang kau dapat di sini lepas kata harap

Di sini kau menjadi saksi atas hidupmu pada kalbu yang berdetak

 

Kekasih siang yang datang perlahan ketika malam perlahan pergi

Menepati janji menjadi saksi dalam setiap helaan nafas hayati

Di sini tempatmu dalam pagutan rindu yang lebur dalam cinta abadi

Kau tidak lagi menjadi bayangan karena kau adalah diri sendiri

 

202105230726 Kotabaru Karawang

 

 

LAGU BURUNG KEMATIAN

 

burung malam di ujung senja

menyanyikan lagu kematian siapa
aku kau dia

kita

 

sisa cahaya menangkap kepak sayap

burung hitam di pucuk bambu kering hinggap

terbang lagi lenyap tak terlihat ditelan gelap

 

tasbih kematian melekat

tak jauh tidak dekat

bermain dalam saat

 

aku kau dia kita akan diusung dalam keranda

dibaringkan dibekali doa ditinggal sendiri

masih adakah rindu masih adakah cinta

jawabannya ada di dalam hati

 

202108052006 Kotabaru Karawang


 

CINTA RINDU RINDU CINTA

 

Ditulisnya lagi tentang rindu yang menjadi luka

Karena kekasih meinggalkannya dalam batas samar

Batas yang menjadi gumpalan-gumpalan duka

Kabut apa gerangan yang menjadikan senja semakin liar

 

Sadar berada dalam kandang utusan berpintu berjendela

Namun luar dan dalam hilang jauh dekat sudah tak ada

Siang malam hilang tenggelam putih hitam di mana

 

Termenung sendiri langit hati menjerit meraba

Bulan bulat bulan sabit membisu seribu bahasa

Hilang sajak lenyap bait hilang rasa hilang makna

 

Jika langkah ke depan diberi nama mesranya cinta

Dan gerak mundurnya disebut sebagai rindu

Lalu lagu ragu seperti ini apakah punya nama

Batas samarnya selalu ada dua dan ada satu

 

202105070715 Kotabaru Karawang

 

NANGGALA 402

 

Malam di sini bulan telah lewat

Perlahan pasti beranjak ke barat
Di sana dalam sunyi samudera
Engkau diselimuti rangkaian do'a
 
Kuning emas cahaya bulan jatuh menyepuh lautan
Menyaksikan engkau dalam pelukan kedamaian 

Nanggala menempuh panjang perjalanan

 

Tak ada kata untuk melukis duka

Tak ada kata untuk melukis bangga

Semua menyatu dalam dada penuh cinta

 

Dzikir tak akan pernah berakhir

Doa-doa tak akan pernah berbatas

Catatan tentang limapuluh tiga musafir

Akan abadi dalam catatan di bawah dan di atas

 

202104270605 Kotabaru Karawang

 

SIAPA KAU SIAPA AKU

Jauh dari semua rindu dekat kepada semua cinta

Mantra digumamkan di batas malam dan siang

Tanda-tanda ditunggu ayat-ayat memupuk rasa

Merambat pada urat dan darah daging dan tulang

 

Pikir menukik ke dalam api rasa hangus terbakar

Abu yang terbang membubung tak terhalang awan

Menyisakan arang mati yang teronggok hitam

 

Dengan semua rindu mereguk hidup yang bukan kelakar

Dengan semua cinta bersandar pada kesepakatan

Mengayuh biduk raga sukma dalam kembara malam

 

Dekatkan wajah-wajah rindu rekatkan dalam satu cinta

Hancurkan pikir dan rasa biarkan lenyap dalam satu

Pagi dan senja dipeluk menjadi rupa tiada beda

Rahasiakan jawabam pertanyaan siapa kau siaoa aku

 

202104030717 Kotabaru Karawang

 

SYAIR TULAH ATAS FIRAUN  

 

 

Dengan basmalah aku awali

Menyusun syair kisah Sang Nabi

Kata maaf mohon diberi

Jika kisah tak persis asli

 

 

Kisah Musa berbentuk syair

Ketika Musa tinggalkan Mesir

Sumbang karya aku berpikir

Bentuk syair jangan berakhir

 

 

Kisah ini hanya penggalan

Semoga menjadi bahan bacaan

Kaum muda penghuni zaman

Bentuk syair jadi catatan

 

 

Yang aku pilih penggalan mana

Ketika Mesir kena bencana

Ulah Firaun keras kepala

Mengaku dirinya tuhan yang kuasa

 

 

Musa diutus ‘tuk mengingatkan

Namun Firaun Allah keraskan

Kalimat Musa tak dihiraukan

Setiap nasihat ada bantahan

 

 

Sadarlah Firaun berkata Musa

Jika engkau membantah jua

Akan datang ragam bencana

Menimpa Mesir neg’ri tercinta

 

 

Firaun menjawab ‘ku pasti bisa

Mengatasi segala bencana

Ahli sihir seluruh Negara

Kupersiapkan ‘tuk melawannya

 

 

Jika sudah nyata begini

Firaun tidak mau mengerti

Merasa diri jadi ilahi

Musa tak mau perduli lagi

 

 

Bencana tiba satu persatu

Menghantam negeri bagaikan hantu

Ahli sihir beribu-ribu

Kalau tak mati hanya termangu

 

 

Meski air dijadikan darah

Firaun tidak gelisah

Seujung rambut tidak menyerah

tidak mundur sejengkal tanah

 

 

Katak menjadi isi negeri

Jumlah jutaan membuat ngeri

Tapi Firaun berkeras hati

Keras kepala menjadi-jadi

 

 

Lalu datang pasukan nyamuk

Mesir menjadi neg’ri terkutuk

Firaun manatah tunduk

Rela diri menjadi busuk

 

 

Lalat pikat tulah b’rikutnya

Penduduk Mesir jadi sengsara

Terganggu segala sendi hidupnya

Tetap Firaun ‘nyerah tak suka

 

 

Sampar ternak menjadi hantu

Mesir kembali jadi terganggu

Firaun tetap kepala batu

Enggan bertobat mulut membisu

 

 

Tulah Mesir susul menyusul

Penduduk tidak bisa berkumpul

Kena musibah sang barah bisul

Negeri semakin jadi amburadul

 

 

Hujan es turun bersama api

Membuat derita seisi negeri

Firaun yang hatinya mati

Tetap menantang kuasa ilahi

 

 

Masuk ke Mesir tulah belalang

Penuhi angkasa malam dan siang

Namun Firaun tetap menantang

Firaun telaj menjadi jalang

 

 

Tulah datang berupa gelap

Tak lihat api tak lihat asap

Raja dan rakyat menjadi kalap

Karena gelap nafaspun pengap

 

 

Anak sulung mati mendadak

Tidak bangsawan tidakpun budak

Sedih merana ibu dan bapak

Terbangun pagi ‘nangis teriak

 

 

Ini penggalan Musa dan Harun

Memimpin umat lewati gurun

Jauh ditempuh sabar dan tekun

Kepada Allah memohon ampun

 

 

Umat yang ikut amatlah banyak

Kakek nenek ibu dan bapak

Tak tertingga cucu dan anak

Ribuan berbaris berarak-arak

 

 

Jarak ditempuh sangatlah jauh

Menginjak gurun tapak melepuh

Meski umat s’lalu mengeluh

Musa dan harus semangat sungguh

 

 

Tiada lapar tidak dahaga

Karena ada manna dan salwa

Mukjizat Allah Yang Mahakuasa

Yang diberikan kepada Musa

 

 

Tidaklah gentar Harun dan Musa

Yakin ditolong Allah Yang Kuasa

Meski panas gurun membara

Bukan alasan ‘tuk putus asa

 

 

Hari demi hari berlalu

Langkah umat semakin lesu

Firaun gila tetap memburu

Pasukan kuda beribu-ribu

 

 

Ketika sampai di pinggir laut

Umat berteriak kalang-kabut

Jiwa dan raga gemetar takut

Barisan rapi jadi semrawut

 

 

Musa menangkap getaran wahyu

Tongkat dihempas di laut biru

Laut terbelah menderu-deru

Hati sempit mendapat harapan baru

 

 

Pasukan Firaun semakin buas

Tidak ingin tangkapan lepas

Melihat laut terbuka luas

Firaun terpana merasa waswas

 

 

Berdiri gagah atas kereta

Panglima menandang picingkan mata

Hati menimbang pilihan dua

Apakah musuh diburu saja

 

 

Atau kembali ke Mesir saja

Pulang hampa dan putus asa

Letih lelah tidak berguna

Semua tak guna dan sia-sia

 

 

Firaun putuskan terus mengejar

Merasa Musa t’lah kurang ajar

Musa dan Harun musuh yang besar

Musa dan umat harus dihajar

 

 

Ke dalam laut yang terbelah

Pasukan mengejar tiada lelah

Musa dan umatnya segera musnah

Tak lagi akan membuat susah

 

 

Musa dan umat selamat sampai

Ke seberang yang juga adalah pantai

Meski letih tidak terlerai

Cita-cita sudah tercapai

 

 

Pasukan siapa kena perangkap

Di dasar laut jelas terjebak

Dinding laut siap menangkap

Pasukan Firaun tak bisa sigap

 

 

Dinding laut bersatu lagi

Firaun dan pasukan dijemput mati

Kututup kisah sampai disini

Selanjutnya kita menangkap arti

 

 

Ada dua tokoh utama

Dalam ini cerita mulia

Pertama adalah Nabi Musa

Yang kedua Firaun raja

 

 

Dua-duanya ada dalam AlQuran

Sebagai contoh pengibaratan

Kebaikan dan kejahatan

Di kehidupan jadi pilihan

 

 

Saking Firaun m’rasa digjaya

Menolak menyembah Tuhan yang Esa

Namun diakhir apa jadinya

Ia tercatat ingkar durjana

 

 

Firaun mengaku menjadi tuhan

Itu paham yang ia paksakan

Namun akhirnya dihinakan

Meski pengakuan ia ucapkan

 

 

Aku mengakui tuhannya Musa

Demikian Firaun menyatakannya

Namun apa hendak dikata

Sesal akhir tiada guna

 

 

Setinggi apapun ilmu di diri

Allah ajarkan berendah hati

Besar kepala sombong sekali

Sekuat apapun pasti ‘kan mati

 

Meski air dijadikan darah
Firaun tidak gelisah
Seujung rambut tidak menyerah
tidak mundur sejengkal tanah

 

Katak menjadi isi negeri
Jumlah jutaan membuat ngeri
Tapi Firaun berkeras hati
Keras kepala menjadi-jadi

 

Lalu datang pasukan nyamuk
Mesir menjadi neg’ri terkutuk
Firaun manatah tunduk
Rela diri menjadi busuk

 

Lalat pikat tulah b’rikutnya
Penduduk Mesir jadi sengsara
Terganggu segala sendi hidupnya
Tetap Firaun ‘nyerah tak suka

 

Sampar ternak menjadi hantu
Mesir kembali jadi terganggu
Firaun tetap kepala batu
Enggan bertobat mulut membisu

 

Tulah Mesir susul menyusul
Penduduk tidak bisa berkumpul
Kena musibah sang darah bisul
Negeri semakin jadi amburadul

 

Hujan es turun bersama api
Membuat derita seisi negeri
Firaun yang hatinya mati
Tetap menantang kuasa ilahi

 

Masuk ke Mesir tulah belalang
Penuhi angkasa malam dan siang
Namun Firaun tetap menantang
Firaun telah menjadi jalang

 

Tulah datang berupa gelap
Tak lihat api tak lihat asap
Raja dan rakyat menjadi kalap
Karena gelap nafaspun pengap

 

Anak sulung mati mendadak
Tidak bangsawan tidakpun budak
Sedih merana ibu dan bapak
Terbangun pagi ‘nangis teriak

 

202103300512 Kotabaru Karawang

AKU MASIH DI SINI (2)

  AKU MASIH DI SINI (2)   Kini aku di sini menari dalam bait-bait puisi Mendendangkan lagu-lagu hati lagu-lagu mati Dalam surgaku dalam nera...